Munich: The Edge of War

Kira-kira seminggu setelah saya menonton film drama sejarah Munich: The Edge of War, Rusia menyerang Ukraina. Dunia tidak banyak berubah dalam urusan perang. Jadi ingat ungkapan lama; perang adalah cara lain berpolitik.

Film Munich berdasarkan kisah nyata kondisi Eropa jelang Perang Dunia II. Beberapa karakter sesuai fakta sejarah. Ada Hitler, Mussolini, dan Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain yang diperankan dengan sangat baik oleh Jeremy Irons. Tapi karakter utama adalah fiktif, yaitu dua sahabat mahasiswa Oxford bernama Hugh Legat (Inggris) dan Paul von Hartmann (Jerman). Beberapa tahun setelah lulus mereka bekerja untuk pemerintah masing-masing.

Cerita berlatar belakang musim gugur tahun 1938 ketika Eropa berada di ambang perang besar. Hitler hendak menginvasi Sudetenland, sebuah wilayah milik negara Ceko bagian barat yang sebagian penduduknya berasal dari Jerman. Ini bagian dari strategi besar Nazi (Third Reich) yang ingin menguasai Ceko setelah beberapa bulan sebelumnya berhasil merebut Austria.

Pemimpin negara-negara Eropa mulai gerah. Tapi Hitler ngotot. Diadakanlah perjanjian Munich. Jerman ditemani Italia, Inggris bersama Perancis. Semua sepakat Sudetenland diberikan ke Jerman. Tinggal butuh hitam di atas putih. Di sinilah puncak cerita. Dua sekawan teman kuliah tadi berjuang membatalkan penandatanganan. Jerman semakin sulit dibendung jika kesepakatan terjadi. Mereka membujuk PM Inggris, negara yang masih diperhitungkan Hitler. Hartmann awalnya pro Nazi, tapi setelah melihat karakter asli Hitler, dia ikut dalam gerakan bawah tanah untuk meruntuhkan Nazi. Belakangan dia mendapat dokumen rahasia berisi rancangan besar Jerman menaklukkan Eropa.

Singkat cerita, peran diplomasi tingkat tinggi berbahaya yang dilakukan dua sahabat itu gagal. Perjanjian tetap ditantangani. Perjanjian Munich yang diharapkan akan mengurangi ketegangan geopolitik, justru menjadi lompatan Hitler menguasai Eropa. Perang Dunia II terjadi.

Film yang diadaptasi dari novel ini mengangkat isu politik luar negeri dengan kiprah diplomat-diplomat yang lincah. Saking lincahnya, diplomat muda bisa menembus ring 1 di negaranya. Agak sulit terjadi di masa perang. Diplomat tidak berpihak pada lawan, meski dia tidak setuju dengan kebijakan negaranya. Seorang diplomat yang baik adalah dia tidak setuju tanpa menjadi tidak setuju.

Ironisnya, ada kemiripan cerita di film dengan kondisi yang terjadi Ukraina. Kiev adalah origin Rusia, seperti halnya wilayah bagian Ceko yang direbut Nazi. Terlepas dorongan ekonomi dan keamanan yang membuat Rusia menyerang Ukraina, buat rakyat Ukraina semuanya tidak pernah sama lagi. Ketika perang usai, dan para pemimpin berjabat tangan, puluhan/ratusan anak tidak lagi bertemu ayahnya.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.